Pengertian Pembidaian dan Prosedur Pemasangannya

Sijenius.com – Ketika terjadinya sebuah kecelakaan maka harus segera diberikannya pertolongan pertama. Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan bantuan yang diberikan kepada orang yang mengalami cedera akibat kecelakaan dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa, menghindari cedera atau kondisi yang lebih parah dan mempercepat penyembuhan. Ekstremitas yang mengalami trauma harus dimobilisasi dengan bidai, lantas apa itu bidai dan bagaimana prosedur pemasangannya?. Nah penasaran bukan?, mari simak penjelasan berikut ini.

Pengertian Pembidaian dan Prosedur Pemasangannya
Pengertian Pembidaian dan Prosedur Pemasangannya

Baca Juga: Macam-Macam Posisi Pasien Di Rumah Sakit Lengkap Dengan Gambar

Pengertian Pembidaian

Pembidaian merupakan teknik yang digunakan untuk mengimmobilisasi atau menstabilkan ekstremitas yang cedera. Imobilisasi menurunkan nyeri, bengkak, spasme otot, perdarahan jaringan dan resiko emboli lemak. Imobilisasi juga dapat mencegah fraktur tertutup menjadi fraktur terbuka.

Indikasi Pemasangan Bidai

 

Pembidaian diindikasikan jika ada trauma pada ekstremitas yang ditandai dengan bukti deformitas, krepitasi, edema, ekimosis, nyeri signifikan atau cedera jaringan lunak terbuka, objek tertancap atau penurunan neurovascular.

Tujuan Pemasangan Bidai

Ada beberapa tujuan dalam pemasangan bidai, diantaranya yaitu:

  • Mencegah gerakan tulang yang patah
  • Mengurangi rasa nyeri
  • Mencegah lebih lanjut jaringan sekitar
  • Menginstirahatkan daerah patah tulang
  • Mengurangi perdarahan

Peralatan yang Digunakan

1. Bidai

Bahan pembidaian yang tepat untuk cedera. Berikut adalah empat kategori umum bidai.

  • Bidai tidak kaku dan halus: bantal, selimut, kain mitela, kain gendong, dan kain selendang.
  • Bidai semi kaku dan sangat kaku: aluminium, papan kayu, plastik yang dapat dilengkungkan, plaster, serat kaca, dan bidai vakum.
  • Bidai yang dapat dikembangkan dengan udara: bidai udara dan bidai garmen antisyok pneumatic (PSAG).
  • Bidai traksi: bidai hare, sager, dan Thomas.
  • Peralatan lain mungkin mencakup plester, bahan bantalan, dan perban elastic (balutan Ace).
Baca Juga  Penyakit Jantung Koroner (STEMI, NSTEMI, APS, UAP)

2. Bantalan

Sebagai bantalan biasa yang digunakan adalah kapas atau jika tidak tersedia kapas.

3. Pembalut

Pembalut yang digunakan adalah pembalut gulung.

4. Sling

Sling adalah suatu pembalut yang tergantung di leher untuk menggantungkan lengan yang mengalami patah tulang.

5. Swathe

Swathe adalah pita yang digunakan lebih lanjut untuk mengimmobilisasi suatu patah tulang yang sudah dibidai. Pembalut segitiga sering digunakan sebagai pembalut swathe. Penggunaan swathe ditempatkan di bagian atas dan di bawah patah tulang (tidak tepat pada area patah tulangnya).

Prosedur Pembidaian

Berikut ini merupakan tindakan keperawatan awal dalam pemasangan bidai.

  • Bila pasien sadar, jelaskan prosedur kepada pasien.
  • Pakai sarung tangan.
  • Siapkan pasien untuk pembidaian dengan melepaskan pakaian tempat cedera, balut luka yang terbuka, lepaskan perhiasan, dan lengkapi pengkajian neurovascular dasar (nadi distal dan proksimal, warna, suhu, gerakan, sensasi dan CRT).
  • Bila ada perdarahan lakukan control perdarahan terlebih dahulu dengan balut tekan periksa bagian-bagian yang diduga patah tulang. Tutup luka terbuka dengan kasa steril yang dibasahi dengan NaCl 0,9%.
  • Gunakan bantalan di atas penonjolan tulang.
  • Pasanglah bidai pada tempatnya.
  • Untuk selain sendi, imobilisasikan area cedera bersamaan dengan sendi di atas dan di bawah tempat tersebut.
  • Bidai sendi dengan posisi seperti saat ditemukan, kecuali nadi distal berkurang atau tidak ada. Bila nadi tidak teraba, pasang traksi kontinu dan lembut sepanjang aksis panjang ekstremitas dan bagian distal cedera sampai nadi dapat dipalpasi.
  • Bidai tidak boleh terlalu ketat sampai konstriktif.
  • Bidai yang dipasang harus meliputi kedua sendi dari tulang yang patah.
  • Periksa status neurovascular sebelum dan sesudah pembidaian.

Pemasangan Bidai Khusus

1. Bidai Tungkai Pendek Posterior (Pergelangan Kaki)

  • Ukur (dari jari kaki sampai bawah lutut) dan potong gulungan dengan lebar 4 atau 6 inci.
  • Posisikan kaki pada sudut 90 derajat terhadap tungkai.
  • Pasang gulungan secara posterior, lipat plester ke arah belakang pada jari kaki.
  • Lekuk ke dalam pada area tumit. Fiksasi lipatan tersebut dengan perban plastik.
  • Lebarkan plester tersebut ke belakang di bawah lutut, fiksasi plester dengan perban elastik dan posisikan serta pegang kaki pada sudut 90 derajat derajat terhadap tungkai sampai plester terbentuk.
Baca Juga  Teori Keperawatan Menurut Hildegard E. Peplau

2. Bidai Lekukan Ulnar

Potong gulungan 3 atau 4 inci dengan mengukur dari ujung jari sampai tepat di bawah siku.
Lipat gulungan untuk membentuk lekukan yang diinginkan dan pasang penutup pada telapak tangan.
Beri bantalan di bagian jari. Posisikan tangan dengan jari pada “posisi fungsi” dengan fleksi 50 derajat pada sendi metakarpofalang, fleksi 15 sampai 20 derajat pada sendi interfalang dan pergelangan tangan pada posisi netral.

3. Bidai Sugar Tong

  • Lengan bawah: ukur dari buku jari sampai pada siku yang fleksi dan mengelilingi bagian belakang tangan pada lipatan mid palmar.
  • Humerus: ukur dari prosesus akromion ke bawah humerus, mengelilingi siku dan sampai aksila.
  • Dengan menggunakan gulungan yang lebarnya 3 atau 4 inci, pasang bidai dengan fleksi siku 90 derajat dan fiksasi bidai dengan perban elastik.

Baca Juga:

Nah, itulah informasi singkat mengenai pembidaian dan prosedur pemasangannya. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Good Luck👍

Tinggalkan komentar