Teori-Teori Perubahan Dalam Manajemen Keperawatan Menurut Para Ahli

Teori-Teori Perubahan Dalam Manajemen Keperawatan Menurut Para Ahli
Teori Perubahan Menurut Para Ahli

Sijenius.com – Yang namanya perubahan tentunya bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja, tidak mengenal waktu, tempat, dan siapapun orang itu pasti akan memiliki kesempatan untuk berubah. Menurut Sullivan (2012) change atau berubah merupakan sebuah proses membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Tanpa adanya perubahan maka tidak akan ada pertumbuhan dan tidak akan ada dorongan.

Baca Juga: Etos Kerja: Pengertian, Ciri-Ciri, Dan Faktor yang Mempengaruhinya

Setiap orang dapat merubah dirinya sendiri maupun memberikan perubahan pada orang lain. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara terus-menerus mencoba menggerakkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara terus-menerus juga seorang pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan suatu masalah.

Oleh kerena itu, banyak dari para ahli yang kemudian mengemukakan teori-teori perubahan beserta tahapan-tahapan perubahan tersebut, diantaranya adalah 6 teori yang akan kita bahas dibawah ini. Penasaran gimna teorinya?. Mari kita simak penjelasan berikut ini.

Teori-Teori Perubahan Menurut Para Ahli

1. Teori Kurt Lewin (1951)

Dalam teorinya Lewin menjelaskan bahwa seseorang yang akan mengadakan suatu perubahan harus memiliki konsep tentang perubahan agar proses perubahan tersebut terarah dan mencapai tujuan yang ada. Ia menyimpulkan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Berikut ini 3 tahapan mengelola perubahan menurut Lewin, yaitu:

a. Tahap Un-Freezing

Suatu masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem. Motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan yang ada, memiliki keinginan untuk berubah dan berupaya untuk berubah, mempersiapkan diri, dan siap untuk berubah atau melakukan perubahan. Pada tahap ini tugas seorang perawat adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar terbaik.

b. Tahap Movement

Seperti yang sobat ketahui istilah movement berasal dari bahasa inggris yang berarti bergerak. Movement yang dimaksud disini yaitu bergerak menuju keadaan yang baru atau tahap perkembangan baru karena memiliki cukup informasi serta sikap dan kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dihadapi, mengetahui langkah-langkah penyelesaian yang harus dilakukan, dan kemudian melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atau tahap baru. Pada tahapan ini perawat bertugas untuk mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.

c. Tahap Re-Freezing

Tahap re-freezing atau disebut juga tahap pembekuan, di tahap ini motivasi telah mencapai tahap baru atau mencapai keseimbangan baru. Tahap baru yang sudah dicapai harus dijaga agar tidak mengalami kemunduran atau bergerak mundur pada tahap perkembangan semula. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk mendapatkan umpan balik dan kritik yang konstruktif dalam upaya pembinaan (reinforcement) yang terus menerus dan berkelanjutan. Setelah memperoleh dukungan dan alternatif permecahan masalah, perubahan kemudian diintegrasikan dan distabilkan menjadi bagian dari sistem nilai yang dianut. Perawat yang bertugas sebagai agen perubahan (change agent) yang mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.

Baca Juga  Peran dan Fungsi Perawat Gawat Darurat

2. Teori Lippit (1973)

Teori ini merupakan perkembangan dari teori Lewin, yang mana Lippit mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status “quo” dalam individu, situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan, disusun oleh individu, kelompok, organisasi, atau sistem sosial yang mempengaruhi secara langsung tentang status quo, organisasi lain atau situasi lain. Teori ini merupakan perkembangan dari teori Lewin. Lippit mengungkapkan ada 7 hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan, yaitu:

a. Tahap 1: Mendiagnosis Masalah

Pada tahap ini dilakukannya identifikasi terhadap semua faktor yang mendukung atau menghambat terjadinya perubahan. Setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan. Semakin banyak informasi tentang perubahan yang dimiliki seorang manajer, maka semakin akurat data yang dapat diidentifikasi sebagai masalah.

b. Tahap 2: Mengkaji Motivasi dan Kemampuan Untuk Berubah

Pada tahap ini semua individu yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan yang tersedia harus dikaji, baik itu kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang diberikan. Mengingat kebanyakan dari praktik keperawatan berada dalam suatu organisasi/instansi, maka struktur organisasi/instansi tersebut harus dikaji apakah peraturan, kebijakan, budaya organisasi, dan individu yang terlibat akan membantu proses perubahan atau justru menghambatnya. Fokus dari tahap ini adalah mencari pemecahan masalah/jalan keluar.

c. Tahap 3: Mengkaji Motivasi dan Sumber-Sumber Agen Berubah

Pada tahap ini, manajer memerlukan suatu komitmen dan motivasi dalam proses perubahan. Pandangan seorang manajer tentang perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Selain itu, kemampuan seorang manajer dalam menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan mendengar masukan dari staf dan mencari solusi yang terbaik sangat membantu perubahan tersebut. Fokus dari tahap ini adalah mencari dukungan baik internal maupun eksternal atau secara interpersonal, organisasional maupun berdasarkan pengalaman.

Baca Juga  Teori Keperawatan Menurut Florence Nightingale

d. Tahap 4: Menyeleksi Objektif Akhir Perubahan Progresif

Pada tahap ini perubahan harus sudah disusun sebagai suatu kegiatan yang dibuat secara detail, kerangka waktu, batas waktu terakhir ditentukan, tanggung jawab ditugaskan, dan kepada siapa perubahan akan berdampak. Oleh karena itu diperlukan suatu target waktu dan perlu dilakukan uji coba sebelum menentukan efektivitas perubahan. Fokus dari tahap ini adalah menyusun semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan.

e. Tahap 5: Memilih Peran yang Sesuai Untuk Agen Berubah

Pada tahap ini diperlukan adanya pemilihan seorang pemimpin/manajer yang ahli dan sesuai dengan bidangnya. Manajer tersebut akan memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta berperan sebagai seorang “mentor yang baik”. Suatu perubahan akan berjalan dengan baik apabila terdapat pemahaman yang sama antara manajer dan staf, serta memiliki kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut.

f. Tahap 6: Mempertahankan Perubahan

Perubahan yang diperluas tentunya membutuhkan struktur kekuatan untuk mempertahankannya. Jika perubahan itu sudah dilaksanakan, maka harus dapat dipertahankan dengan komitmen yang ada. Komunikasi harus terbuka dan terus diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak.

g. Tahap 7: Mengakhiri Hubungan Saling Membantu

Pada tahap ini perawat yang berperan sebagai agen perubahan mulai mengundurkan diri dengan harapan individu atau situasi yang diubah sudah dapat mandiri. Selama proses ini, maka harus selalu diikuti oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus dilakukan secara bertahap agar individu yang terlibat mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan perubahan yang telah terjadi. Manajer harus selalu bersedia menjadi konsultan dan secara aktif terlibat dalam perubahan.

3. Teori Havelock (1973)

Teori Havelock merupakan teori hasil modifikasi dari teori Lewin. Dalam teori ini Havelock menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Terdapat 6 tahap sebagai perubahan menurut Havelock, meliputi:

  • Membangun suatu hubungan
  • Mendiagnosis masalah
  • Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
  • Memilih jalan keluar
  • Meningkatkan penerimaan
  • Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri

4. Teori Rogers (2003)

Teori Rogers merupakan teori yang dikembangkan dari teori Lewin, dalam teorinya Rogers menjelaskan tentang tiga tahap perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan tempat perubahan tersebut dilakukan. Terdapat 5 langkah dalam mengelola perubahan menurut Rogers atau yang sering disingkat dengan AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adaptation), meliputi:

  • Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan menjadi lebih baik dari metode yang sudah ada.
  • Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada.
  • Kompleksitas yaitu ide-ide yang lebih kompleks bisa saja lebih baik dari ide yang sederhana asalkan lebih mudah untuk dilaksanakan.
  • Dapat dibagi yaitu perubahan dapat dilaksanakan dalam skala yang kecil.
  • Dapat dikomunikasikan yaitu semakin mudah perubahan digambarkan maka semakin mudah perubahan disebarkan.
Baca Juga  Keperawatan Gerontik: Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Fokusnya

5. Teori Reddin

Menurut Reddin ada 4 hal yang harus dilakukan seorang manajer sebelum melakukan perubahan, meliputi:

  • Ada perubahan yang akan dilakukan.
  • Apa keputusan yang dibuat?, dan mengapa keputusan itu dibuat?
  • Bagaimana keputusan itu akan diimplementasikan?
  • Bagaimana kelanjutan implementasi itu?

6. Teori Spradley

Teori Spradley juga merupakan teori yang dikembangkan dari teori Lewin. Dalam teorinya Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen perubahan dan sistem perubahan. Ada 8 langkah dasar menurut Spradley, antara lain:

  • Mengenali gejala
  • Mendiagnosis masalah
  • Menganalisa masalah
  • Memilih perubahan
  • Merencanakan perubahan
  • Melaksanakan perubahan
  • Mengevaluasi perubahan
  • Menstabilkan perubahan

Daftar Isi

  • Harigopal, K. (2006). Management of Organizational Change: Leveraging Transformation, 2nd edition. New Delhi: Respons Books.
  • Kasali, Rhenald. (2005). Change! Manajemen Perubahan dan Manajemen Harapan. Jakarta: Gramedia.
  • Marquis, Bessie L. dan Carol J. Huston. (2009). Leadership Roles and Management Functions in Nursing: Theory and Application, 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
  • Murray, E. (2017). Nursing Leadership And Management. Philadelphia: F.A. Davis Company
  • Swanburg, C. Russell. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM, trans. Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.
  • Utley, Rose. (2011). Theory and Research for Academic Nurse Educators: Application to Practice. Ontario: Jones and Bartlett Publishers.

Baca Juga:

Demikianlah informasi singkat mengenai artikel diatas. Ingat, perubahan bisa terjadi untuk siapa saja dan kapan saja. Jika sobat ingin bergerak maju, terus memotivasi diri menjadi lebih baik dari hari ke hari dan konsisten dengan hal itu pastinya kalian akan mampu untuk menciptakan suatu perubahan, baik itu untuk diri kalian sendiri atau untuk orang lain. Indah bukan jika kita mampu memberikan efek positif untuk perubahan orang lain. Semoga teori-teori diatas dapat menjadi acuan sobat dalam menciptakan suatu perubahan. Cukup sekian semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Good Luck👍

Tinggalkan komentar